Teori Kepemimpinan dan
Tipe-Tipe Kepemimpinan
1. Teori
kepemimpinan
Pada intinya, teori kepemimpinan
merupakan teori yang berusaha untuk menerangkan cara pemimpin dan kelompok yang
dipimpinnya berperilaku dalam berbagai struktur kepemimpinan, budaya dan
lingkungannya. Para teoritis (pakar) kepemimpinan, baik secara sosiologis
maupun manajerial telah banyak menawarkan berbagai teori tentang kepemimpinan.
Parmudji mengemukakan enam teori
kepemimpinan yaitu ; (1) teori sifat (trait theory); (2) teori lingkungan
(environmental theory); (3) teori pribadi dan situasi (personal-situational
theory); (4) teori interaksi dan harapan (interaction-expectation theory);
teori humanistik (humanistic theory); (5) teori pertukaran (exchange theory).
Pada dasranya teori itu ada tiga macam,
yaitu: (1) teori sifat; (2) teori perilaku; (3) teori lingkungan. Adapun yang
lainnya merupakan gabungan dari teori sifat dan teori perilaku, mislanya teori
pribadi dan situasi yang merupakan gabungan dari teori sifat, perilaku, dan
lingkungan.
Untuk itu, kami akan menjelaskan tiga
teori kepemimpinan yang menjadi grand theory kepemimpinan.
a. Teori
sifat (trait theory), menurut Sondang P.Siagian, teori ini disebut eksistensi
seorang pemimpin dapat dilihat dan dinilai berdasarkan sifat-sifat yang dibawa
sejak lahir sebagai sesuatu yang diwariskan. Teori ini juga sering disebut
sebagai teori bakat karena menganggap bahwa pemimpin itu dilahirkan bukan
dibentuk. Berdasarkan teori kepemimpinan ini, asumsi dasar yang dimunculkan
adalah kepemimpinan memerlukan serangkaian sifat, ciri, atau perangai tertentu
yang menjamin keberhasilan setiap situasi. Pengembangan yang dilakukan oleh
penganut aliran teori bakat ini dilakukan melalui menggali karakteristik yang
dimiliki pemimpinannya, baik berhasil atau tidak. Untuk mngetahui karkateristik
yang dapat dikembangkan dalam mencapai kepemimpinan yang baik, sebagai tujuan
dalam menggali kepemimpinan yang berhasil. Adapun menggali kepemimpinan yang
tidak berhasil adalah mengetahui karakteristik pemimpin yang harus dihindari.
Harus diakui, bahwa teori sifat telah memberikan kebenaran praktis dan
fundamental, yaitu bahwa kepribadian seseorang merupakan kehidupan batin (inner
life) bagi dirinya, termasuk unsur-unsur dalam diri manusia itu sendiri,
seperti latar belakang kehidupan, pengalaman hidup, keyakinan, sikap khas,
prasangka perasaan, imajinasi, dan filsafat hidup.
b. Teori
kepemimpinan adalah teori perilaku. Teori ini mendasarkan asumsinya bahwa
kepemimpinan harus dipandang sebagai hubungan diantara orang-orang, bukan
seperti sifat-sifat atau ciri-ciri seorang individu. Oleh karena itu,
keberhasilan seorang pemimpin sangat ditentukan oleh kemampuan pemimpin dalam
berhubungan dan berinteraksi dengan segenap anggotanya. Teori perilaku, yang
disebut juga teori humanistic lebih menekankan pada model atau gaya (style)
kepemimpinan yang dijalankan oleh seoran pemimpin. James Owens menggambarkan
melalui matrik gaya yang dimiliki salam teori kepemimpinan perilaku (James Mac
Gregor Burns, 1997:141). Dalam metrikny, ia menggambarkan lima gaya
kepemimpinan, yaitu; (1) gaya autokratis, (2) Gaya birokrasi , (3) gaya
diuplomatis, (4) gaya partisif dan gaya free rein leader.
c. Teori
Lingkungan, teori ini beranggapan bahwa munculnya pemimpin-pemimpin itu
merupakan hasil dari waktu, tempat, dan keadaan. Teori lingkungan dikembangkan
oleh beberapa pakar, misalnya, V.H Vroom dan pjilIp Yettom. Mereka berpendapat bahwa
mengacu pada pendekatan situsional yang berusaha memberikan moral normatif.
Kedua ahli tersebut berasumsi bahwa kepemimpinan akan berhasil apabila pemimpin
mampu bersikap fleksibel untuk mengubah gayanya agar cocok dnengan situasi dan
kondisi.
Berdasarkan
teori lingkungan, seorang pemimpin harus mampu mengubah model dan gaya
kepemimpinan sesuai denga tuntutan dan situasi zaman. Oleh karena itu, situasi
dan kondisi yang berubah menghendaki gaya dan model kepemimpinan yang berubah.
Sebab, jika pemimpin tidak melakukan perubahan sesuai dengan kebutuhan zaman,
kepemimpinannya tidak akan berhasil secara maksimal.
Disamping
itu para pakar juga menganggap teori lingkungan kurang sempurna, tidak dapat
menjamin berjalannya kepemimpinan. Dengan demikian, ketiga teori kepemimpinan
tersebut tidak dapat dijalankan secara sendirian (parsial). Sebagai
alternatifnya deikembangangkan kombinasi antara teori-teori yang memungkinkan
lahirnya beberapa teori, diantaranya adalah sebagai berikut.
(1) Teori
pertukaran merupakan modifikasi dari teori sifat dan teori perilaku yang
bersumsi bahwa interaksi siosial menggambarkan bentuk-bentuk menukar, antara
pemimpin dan bawahannya (anggotanya) maupun antaranggota yang saling memberikan
kontribusinya. Proses tukar-menukar ini menjadikan semua pihak merasa dihargai
dan mendapatkan sesuatu yang dimilikinya, dan dapat memberikan kontribusi
terhadap anggota. Upaya ini dilakukan dengan cara mengembangkan kebiasaan
perilaku pemimpinnya sehingga berpengaruh terhadap anggota dalam keikutsertaan
dalam berbagai kebijakan pemimpin.
(2) Teori
pribadi dan situasi yang menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan produk
terpadunya tiga faktor, yaitu: (a) perangai atau sifat-sifat pribadi pemimpin;
(b) sifat dari kelompok dan anggota-anggotanya; dan (c) kejadian-kejadian
(masalah-masalah) yang dihadapi kelompok. Hal ini berarti sifat seseorang tanpa
didukung oleh situasi dan kondisi yang kondusif tidak akan menjamin ia
berkembang menjadi pemimpin. Oleh karena itu, teori ini dipandang sebagai
perpaduan dari teori lingkungan dan teori sifat. Dalam teori pribadi dan
situasi diteknakan bahwa seorang pemimpin dituntut mengenal dirinya, kelompok
yang dipimpinnya, serta situasi dan kondisi ia menjalankan kepemimpinannya.
Pemimpin mengembangkan sifat kepemimpinannya disesuaikan dengan situasi dan
kondisi.
(3) Teori
interaksi dan harapan yang merupakan perpaduan antara teori perilaku dan
lingkungan. Teori ini berasumsi bahwa semakin sering terjadi interaksi dan
partisipasi dalam kegiatan bersama, semakin meningkat pula perasaan saling
menyenangi satu sama lain dan saling memperjelas pengertian-pengertian atas
norma-norma kelompok. Oleh karena itu, dalam teori ini terkait beberapa
variabel yang satu sama lain tidak terpisahkan, yaitu “variabel aksi, reaksi,
interaksi, dan perasaan”.