Jumat, 27 Februari 2015

Teori Kepemimpinan dan Tipe-Tipe Kepemimpinan


Teori Kepemimpinan dan Tipe-Tipe Kepemimpinan

1.      Teori kepemimpinan
Pada intinya, teori kepemimpinan merupakan teori yang berusaha untuk menerangkan cara pemimpin dan kelompok yang dipimpinnya berperilaku dalam berbagai struktur kepemimpinan, budaya dan lingkungannya. Para teoritis (pakar) kepemimpinan, baik secara sosiologis maupun manajerial telah banyak menawarkan berbagai teori tentang kepemimpinan.
Parmudji mengemukakan enam teori kepemimpinan yaitu ; (1) teori sifat (trait theory); (2) teori lingkungan (environmental theory); (3) teori pribadi dan situasi (personal-situational theory); (4) teori interaksi dan harapan (interaction-expectation theory); teori humanistik (humanistic theory); (5) teori pertukaran (exchange theory).
Pada dasranya teori itu ada tiga macam, yaitu: (1) teori sifat; (2) teori perilaku; (3) teori lingkungan. Adapun yang lainnya merupakan gabungan dari teori sifat dan teori perilaku, mislanya teori pribadi dan situasi yang merupakan gabungan dari teori sifat, perilaku, dan lingkungan.
Untuk itu, kami akan menjelaskan tiga teori kepemimpinan yang menjadi grand theory kepemimpinan.
a.       Teori sifat (trait theory), menurut Sondang P.Siagian, teori ini disebut eksistensi seorang pemimpin dapat dilihat dan dinilai berdasarkan sifat-sifat yang dibawa sejak lahir sebagai sesuatu yang diwariskan. Teori ini juga sering disebut sebagai teori bakat karena menganggap bahwa pemimpin itu dilahirkan bukan dibentuk. Berdasarkan teori kepemimpinan ini, asumsi dasar yang dimunculkan adalah kepemimpinan memerlukan serangkaian sifat, ciri, atau perangai tertentu yang menjamin keberhasilan setiap situasi. Pengembangan yang dilakukan oleh penganut aliran teori bakat ini dilakukan melalui menggali karakteristik yang dimiliki pemimpinannya, baik berhasil atau tidak. Untuk mngetahui karkateristik yang dapat dikembangkan dalam mencapai kepemimpinan yang baik, sebagai tujuan dalam menggali kepemimpinan yang berhasil. Adapun menggali kepemimpinan yang tidak berhasil adalah mengetahui karakteristik pemimpin yang harus dihindari. Harus diakui, bahwa teori sifat telah memberikan kebenaran praktis dan fundamental, yaitu bahwa kepribadian seseorang merupakan kehidupan batin (inner life) bagi dirinya, termasuk unsur-unsur dalam diri manusia itu sendiri, seperti latar belakang kehidupan, pengalaman hidup, keyakinan, sikap khas, prasangka perasaan, imajinasi, dan filsafat hidup.
b.      Teori kepemimpinan adalah teori perilaku. Teori ini mendasarkan asumsinya bahwa kepemimpinan harus dipandang sebagai hubungan diantara orang-orang, bukan seperti sifat-sifat atau ciri-ciri seorang individu. Oleh karena itu, keberhasilan seorang pemimpin sangat ditentukan oleh kemampuan pemimpin dalam berhubungan dan berinteraksi dengan segenap anggotanya. Teori perilaku, yang disebut juga teori humanistic lebih menekankan pada model atau gaya (style) kepemimpinan yang dijalankan oleh seoran pemimpin. James Owens menggambarkan melalui matrik gaya yang dimiliki salam teori kepemimpinan perilaku (James Mac Gregor Burns, 1997:141). Dalam metrikny, ia menggambarkan lima gaya kepemimpinan, yaitu; (1) gaya autokratis, (2) Gaya birokrasi , (3) gaya diuplomatis, (4) gaya partisif dan gaya free rein leader.
c.       Teori Lingkungan, teori ini beranggapan bahwa munculnya pemimpin-pemimpin itu merupakan hasil dari waktu, tempat, dan keadaan. Teori lingkungan dikembangkan oleh beberapa pakar, misalnya, V.H Vroom dan pjilIp Yettom. Mereka berpendapat bahwa mengacu pada pendekatan situsional yang berusaha memberikan moral normatif. Kedua ahli tersebut berasumsi bahwa kepemimpinan akan berhasil apabila pemimpin mampu bersikap fleksibel untuk mengubah gayanya agar cocok dnengan situasi dan kondisi.

Berdasarkan teori lingkungan, seorang pemimpin harus mampu mengubah model dan gaya kepemimpinan sesuai denga tuntutan dan situasi zaman. Oleh karena itu, situasi dan kondisi yang berubah menghendaki gaya dan model kepemimpinan yang berubah. Sebab, jika pemimpin tidak melakukan perubahan sesuai dengan kebutuhan zaman, kepemimpinannya tidak akan berhasil secara maksimal.
Disamping itu para pakar juga menganggap teori lingkungan kurang sempurna, tidak dapat menjamin berjalannya kepemimpinan. Dengan demikian, ketiga teori kepemimpinan tersebut tidak dapat dijalankan secara sendirian (parsial). Sebagai alternatifnya deikembangangkan kombinasi antara teori-teori yang memungkinkan lahirnya beberapa teori, diantaranya adalah sebagai berikut.
(1)   Teori pertukaran merupakan modifikasi dari teori sifat dan teori perilaku yang bersumsi bahwa interaksi siosial menggambarkan bentuk-bentuk menukar, antara pemimpin dan bawahannya (anggotanya) maupun antaranggota yang saling memberikan kontribusinya. Proses tukar-menukar ini menjadikan semua pihak merasa dihargai dan mendapatkan sesuatu yang dimilikinya, dan dapat memberikan kontribusi terhadap anggota. Upaya ini dilakukan dengan cara mengembangkan kebiasaan perilaku pemimpinnya sehingga berpengaruh terhadap anggota dalam keikutsertaan dalam berbagai kebijakan pemimpin.
(2)   Teori pribadi dan situasi yang menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan produk terpadunya tiga faktor, yaitu: (a) perangai atau sifat-sifat pribadi pemimpin; (b) sifat dari kelompok dan anggota-anggotanya; dan (c) kejadian-kejadian (masalah-masalah) yang dihadapi kelompok. Hal ini berarti sifat seseorang tanpa didukung oleh situasi dan kondisi yang kondusif tidak akan menjamin ia berkembang menjadi pemimpin. Oleh karena itu, teori ini dipandang sebagai perpaduan dari teori lingkungan dan teori sifat. Dalam teori pribadi dan situasi diteknakan bahwa seorang pemimpin dituntut mengenal dirinya, kelompok yang dipimpinnya, serta situasi dan kondisi ia menjalankan kepemimpinannya. Pemimpin mengembangkan sifat kepemimpinannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
(3)   Teori interaksi dan harapan yang merupakan perpaduan antara teori perilaku dan lingkungan. Teori ini berasumsi bahwa semakin sering terjadi interaksi dan partisipasi dalam kegiatan bersama, semakin meningkat pula perasaan saling menyenangi satu sama lain dan saling memperjelas pengertian-pengertian atas norma-norma kelompok. Oleh karena itu, dalam teori ini terkait beberapa variabel yang satu sama lain tidak terpisahkan, yaitu “variabel aksi, reaksi, interaksi, dan perasaan”.

perkenalan di blog baru

Assalaamualaikum warohmatullaahi wabarokaatuh
hello guys hello penggemar ujil yang entah dimana hihihi . alhamdulillah nih guys blog baru ujil sudah jadii, nah sekarang saatnya memulai tulisan baru nih, tapi bingung sih tulisan apa yang mau ditulis , ya udahlah yah dari pada bingung sekarang ujil perkenalin dulu diri ujil aja yah guys. nama saya Fuji Setiawati Anjani, tapi temen-temen sering manggil UJIL :) . saya kuliah di Universitas Islam Sunan Gunung Djati bandung fakultas FISIP Jurusan Administrasi negara saya baru semester IV dan saya bekerja di PT.Rama Indonesia semenjak saya semester III. umur saya 19 tahun (masihh muda kan ya). saya tinggal di bandung yang biasa dijuluki kota kembang itu tuhh tapii tepatnya di cibiru. saya anak pertama dari tiga bersodara. cukup ya guys perkenalan pertama dari ujil . wassalamualaikum .